Aqidah adalah Pertama dan Terakhir

Aqidah adalah Pertama dan Terakhir

Aqidah adalah Pertama dan Terakhir

 

Wasiat Nabi Ya’qub kepada anak-anaknya ketika beliau akan meninggal dunia (yang artinya),

”Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”
(QS. Al Baqarah, Ayat 133)

Perhatikan, wasiat Ya’qub adalah wasiyat aqidah. Siapa yang kau sembah sepeninggalanku, karena aqidah ini adalah penentu.

Demikian pula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam awal dakwahnya, beliau menyerukan ”Laa ilaa ha illallaah” kepada kaumnya (Quraisy) untuk menyembah Allah. Selama 13 tahun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menanamkan aqidah yang benar ke dalam hati para Sahabat di Makkah. Sehingga hampir tidak ada ayat-ayat tentang hukum semisal perintah puasa atau larangan riba yang turun di Makkah.

Bahkan dakwah untuk selalu tegaknya aqidah ini tidak hanya berhenti di Makkah, sekalipun telah berdiri Daulah Madinah. Aqidah tetap menjadi prioritas yang dijaga, sehingga detik-detik terakhir dari kehidupan beliau.

Di saat menghadapi sakaratul mautpun beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam masih mengajarkan aqidah yang lurus kepada para Sahabat, sebagaimana beliau mengingatkan bahayanya fitnah (menyembah) kubur (yang artinya),

”Allah telah melaknat kaum Yahudi dan Nasrani. Sungguh mereka telah menjadikan kuburan Nabi-Nabi mereka sebagai masjid (tempat sujud)”
(HR.Ahmad)

Demikianlah seharusnya seorang muslim menjalani hidupnya, aqidah adalah pertama dan terakhir, awal keislaman adalah dengan syahadat tauhid dan akhir kehidupannya hendaknya mengucapkan kalimat laa ilaha illallah.

 

Faedah Kajian Kitab Al-Ushul Ats-Tsalatsah.
Disampaikan oleh Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A hafizahullahu ta’ala

COMMENTS

WORDPRESS: 0