Dakwah Kepada Syahadat La Ilaha Illallah

Dakwah Kepada Syahadat La Ilaha Illallah

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله و الصلاة و السلم على رسول الله

 

Resume Kajian Mulazamah #13

BAB 5

“Dakwah Kepada Syahadat La Ilaha Illallah”

 

Mulakkhosh fii Syarhi Kitab Tauhid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullahu ta’ala
karya Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan Hafidzahullahu Ta’ala 

 

Kita masuk pada BAB ke 5. Bab ini menerangkan tentang ajakan dan seruan kepada syahadat La Ilaha Illallah. Bab ini datang setelah beliau menjelaskan tentang, 

BAB 1 : Kedudukan Tauhid

BAB 2 : Keutamaan Tauhid Secara Umum 

BAB 3 : Keutamaan Tauhid Secara Khusus 

BAB 4 : Kekhawatiran Terhadap Kesyirikan

 

Dakwah mengajak kepada Tauhid menunjukkan kesempurnaan dia dalam meyakini tentang pentingnya Tauhid. Sehingga mereka orang yang telah yakin betul-betul bahwa Tauhid itu sesuatu yang besar, agung, yang sangat penting, bahkan yang terpenting dalam agama ini, maka mesti dia ada semangat dakwah mengajak pada Tauhid.

Hakikat dakwah dikatakan ulama bahwa dakwah itu mengeluarkan manusia dari berbagai kegelapan kepada cahaya.

 

Kegelapan : Syirik, kufur, nifaq, bid’ah dan maksiat

Cahaya : hanya 1 yaitu Islam

 

Sehingga bagaimana mengeluarkan kegelapan- kegelapan Syirik kepada tauhid, kufur kepada iman, bid’ah kepada sunnah dan maksiat kepada taat, dan inilah hakikat dakwah. Sehingga kalau dakwah tidak seperti itu maka itu bukan hakikat dakwah.

 

Dakwah ini sesungguhnya kebutuhan kita semuanya, kebutuhan manusia secara umum dan kebutuhan kita sendiri. Dilihat dari :

 

  1. Manusia itu terlahir dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa/jahil.  

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam QS. An-Nahl (16) ayat 78,

 

وَا للّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْــئًا 

 

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun”

 

Dakwah itu mengajarkan kepada orang apa yang harus dia ketahui tentang agama. Sehingga agama harus ditalqinkan satu per satu. Sehingga seseorang harus diajari tentang agama ini agar mereka mengetahui apa yang ada di dalam agama Islam ini. Sehingga kalau kita tidak berdakwah maka kita membiarkan mereka bodoh dan tidak paham tentang agama.

 

  1. Manusia memang telah dibekali dengan perangkat yang sangat hebat yaitu akal. Akan tetapi akal manusia ini memiliki banyak kelemahan.

 

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam QS. An-Nisa’ (4) ayat 28,

 

وَخُلِقَ الْاِ نْسَا نُ ضَعِيْفًا


“karena manusia diciptakan (bersifat) lemah.”

 

Kelemahan akal manusia :

 

  • Terbatas jangkauannya, tidak bisa menembus perkara-perkara yang di luar jangkauan akal. Semua perkara ghoib dan kehidupan setelah mati termasuk perkara yang tidak bisa dijangkau akal. Sehingga perkara ghoib itu sifatnya Khobariyah (pengkabaran). Kalau kita tidak mendapatkan kabar tentang perkara ghoib maka kita tidak bisa berbicara tentang perkara ghoib. Sehingga perkara ghoib itu perlu bimbingan dari wahyu (Al-Qur’an dan Hadits, pen.) 
  • Sering terkalahkan / tunduk terhadap hawa nafsu. Contohnya seringnya orang yang melakukan berbuatan zina bahkan oleh orang yang berpendidikan sekalipun. Sehingga butuh bimbingan wahyu dari Allah (Al-Qur’an dan Hadits, pen.)

 

  1. Dalam diri manusia ada nafsu. Yang kalau tidak dibimbing oleh agama nafsu itu akan menyeret manusia kepada kebinatangan. Sehingga manusia bisa lebih jorok dari binatang. Contoh penyimpangan seksual, nafsu terhadap harta, jabatan dan kekuasaan. 

Yang asalnya nafsu itu adalah manfaat bagi manusia, akan tetapi harus dibimbing oleh agama.

 

Dan dakwah itulah membimbing manusia menjadi mulia. Maka jika manusia bisa terbimbing jadi lebih baik dalam ketaatan kepada Allah, dia seperti ke derajat malaikat.

 

Kebutuhan kita sendiri terhadap dakwah karena dakwah itu keutamaannya sangat besar, sehingga semua keuntungan dakwah akan kembali kepada kita sendiri. Dakwah adalah perdagangan yang keuntungannya sangat besar. Yang Allah subhanahu wa ta’ala menamakan dengan pekerjaan terbaik. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam QS. Fussilat (41) ayat 33,

 

وَمَنْ اَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّنْ دَعَاۤ اِلَى اللّٰهِ وَعَمِلَ صَا لِحًا وَّقَا لَ اِنَّنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

 

“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?”

 

Berdakwah merupakan kewajiban setiap umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam dakwah yang bersifat umum kita semua harus menjadi da’i (dalam pengertian mengajak keluarga, kerabat, teman atau tetangga untuk berislam secara benar dengan mengamalkan tauhid, mengamalkan ibadah-ibadah dan kebaikan-kebaikan).

 

Akan tetapi, da’i dalam dakwah yang tampil di podium atau menjadi pengajar menurut para ulama dia membutuhkan beberapa kriteria dan unsur agar dia sukses di dalam dakwahnya, yaitu :

 

  1. Ilmu.

    Seorang da’i, dia harus berilmu. Kalau tidak berilmu dia akan menyesatkan manusia. Sehingga jelas ilmu ini mutlak bagi seorang da’i. Dalam artian dia harus paham terhadap apa yang akan dia sampaikan, yaitu paham akan pendalilan dan paham agama ini. Termasuk perangkatnya yaitu bahasa Arab, Ushul Fiqih dan perangkat-perangkatnya, merupakan pelengkap dalam dia berdakwah kepada manusia.

 

  1. Mengamalkan apa yang jadi seruan dakwahnya itu sehingga menjadi teladan.

    Karena Allah sudah memperingatkan dalam QS. As-Saff (61) ayat 2 & 3, 

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَ تَقُوْلُوْنَ مَا لَا تَفْعَلُوْنَ ○ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللّٰهِ اَنْ تَقُوْلُوْا مَا لَا تَفْعَلُوْنَ○


“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”

 

  1. Memiliki kesabaran.

    Karena dalam dakwah banyak rintangan dan kesulitan. Mulai dari mencari modal dakwah yaitu belajar agama, sampai dia paham agama itu butuh kesabaran. Dan ketika dia terjun ke dakwah dia butuh pengorbanan waktu, tenaga dan segala macam. Termasuk harus menghadapi permusuhan dari para pembenci dakwah, yaitu orang kafir, musyrik, munafik dan ahlul bid’ah. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam QS. Al-Ahqaf (46) ayat 35, 

فَا صْبِرْ كَمَا صَبَرَ اُولُوا الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُل وَلَا تَسْتَعْجِلْ لَّهُمْ ۗ

 

“Maka bersabarlah engkau (Muhammad) sebagaimana kesabaran rasul-rasul yang memiliki keteguhan hati,”

 

  1. Memiliki kelembutan.

    Muslim meriwayatkan hadits dalam kitab Shahihnya no.2594 dari Aisyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

 

إِنَّالرِّفْقَ لاَيَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَ عُ مِنْ شَيءٍ إِلاَّ شَانَهُ

 

“Sungguh, segala sesuatu yang dihiasi kelembutan akan nampak indah. Sebaliknya, tanpa kelembutan segala sesuatu akan nampak jelek”

 

Kelembutan kalau ada dalam keluarga akan memperindah keluarga tersebut. Kemudian juga dalam pertemanan, dalam pergaulan, dalam bertetangga dan dalam kepemimpinan kalau ada kelembutan itu semua akan terlihat indah. Begitupula sebaliknya jika itu semua dilakukan dengan kekasaran maka akan menjadi jelek.

 

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam QS. Ali ‘Imran (3) ayat 159,

 

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَا نْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ 

 

“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu.”

 

Sehingga dakwah membutuhkan kelembutan.

 

  1. Akhlakul Karimah/akhlak yang mulia.

 

Karena akhlak memiliki dampak yang sangat besar dalam mengajak manusia kepada hidayah. Dan harus menampakkan akhlak yang bagus. Terkadang melihat akhlak lebih berkesan daripada seribu ucapan. Karena melihat akhlak itu melihat prakteknya langsung. Dan ucapan kalau tidak dibuktikan akan menjadi hambar.

 

  1. Keikhlasan.

    Karena keikhlasan dalam berdakwah adalah suatu hal yang mutlak. Ikhlas dalam pengertian : 
  • Tidak kita mendakwahkan kecuali agama Allah ta’ala. 
  • Dakwah tidak mengajak kepada apa dan siapa, organisasi, kelompok, partai atau yayasan dan tidak pula mengajak kepada pribadi, tapi mengajak kepada Allah. Sehingga ajakannya itu ajakan kepada menghidupkan agama Allah. 
  • Hanya mengharapkan pahala dari Allah. Karena kalau mengharap kepentingan dunia atau pujian-pujian manusia kalau tidak dapat dia akan kecewa dan capek. Maka dakwah perlu keikhlasan. Imam Malik رحمه الله berkata yang artinya, “Sesuatu yang ikhlas karena Allah, pasti akan lebih langgeng.” (Ar Risalah Al Mustathrofah, hal. 9. Dinukil dari Muwatho’ Imam Malik, 3: 521).

 

  1. Memiliki cita-cita / angan-angan yang panjang terhadap dakwahnya dan punya harapan yang panjang, sehingga tidak mudah jengkel. Sehingga seorang Da’I harus tahan banting, karena dalam berdakwah itu banyak masalah yang akan dihadapi.

 

فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ مِنْ أَصْلَابِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ وَحْدَهُ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا 

Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “(Tidak) namun aku berharap supaya Allah Azza wa Jalla melahirkan dari anak keturunan mereka orang yang beribadah kepada Allah semata, tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun jua”. [HR Imam al-Bukhâri dan Imam Muslim].

 

Syahadat La Ilaha Illallah adalah Tauhid itu sendiri. Dan hakikat Tauhid adalah La Ilaha Illallah. Orang yang telah mewujudkan Tauhid berarti dia sudah mewujudkan Tauhid Rububiyah dan Asma Wa Sifat, sehingga hakikat Tauhid adalah La Ilaha Illallah atau Tauhid Uluhiyah.

 

Orang yang mereka tidak mengajak manusia kepada Tauhid, berarti dia masih menganggap Tauhid bukan suatu hal yang penting atau bukan suatu hal yang harus diprioritaskan. Dan kalau dia tahu persis penting dan agungnya Tauhid maka dia akan mendakwahkan Tauhid dan mengajak manusia kepada Tauhid. Karena Tauhid adalah suatu hal yang sangat fundamental.

 

  • Dalil Pertama

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam QS. Yusuf (12) ayat 108,

قُلْ هٰذِهٖ سَبِيْلِيْۤ اَدْعُوْۤا اِلَى اللّٰهِ ۗ عَلٰى بَصِيْرَةٍ اَنَاۡ وَمَنِ اتَّبَعَنِيْ ۗ وَسُبْحٰنَ اللّٰهِ وَمَاۤ اَنَاۡ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ

 

“Katakanlah (Muhammad), Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan yakin, Maha Suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik.”

 

Ayat ini Allah mengawali dengan kalimat قُلْ artinya katakanlah ya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka Nabi pun adalah seorang hamba yang diperintahkan untuk menyampaikan risalah Allah dan Nabi adalah hamba yang punya kewajiban mentaati Allah.

 

Makna :

 

هٰذِهٖ سَبِيْلِيْۤ :

 

Jalan Islam sudah jelas, yaitu yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan seorang Da’i perlu menegaskan jalan kebenaran. Yang mengikuti Nabi berarti dia muslim, kalau tidak dia kafir. Jadi Islam yang benar itu adalah berIslam sebagaimana yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para Sahabat. Maka kita perlu menegaskan jalan kebenaran ini dengan cara yang bijak. 

 

اَدْعُوْۤا اِلَى اللّٰهِ :

 

Maknanya, kita hanya mengajak ke jalan Allah, bukan jalan selain Allah. Sehingga mereka paham terhadap jalan Allah yang benar. Maka yang ditekankan adalah dalil. Membebaskan diri dari segala kepentingan yang bersifat duniawi.

 

 عَلٰى بَصِيْرَةٍ :

 

Dakwahnya dibangun di atas ilmu yang betul-betul meyakinkan, mendalam dan tajam.

 

اَنَاۡ وَمَنِ اتَّبَعَنِيْ :

 

Bahwa mengajak manusia di jalan Allah di atas bashiroh itu adalah pekerjaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan pengikutnya. Sehingga setiap pengikut Nabi adalah da’i.

 

وَسُبْحٰنَ اللّٰهِ وَمَاۤ اَنَاۡ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ :

 

Bahwa dakwah itu harus betul-betul dibersihkan dari syirik.

 

Faedah ayat :

  1. Bahwa dakwah mengajak manusia kepada Tauhid adalah tugas Rasul dan para pengikut Rasul. Bahkan semua Nabi dan Rasul mendakwahkan kalimat La Ilaha Illallah tanpa terkecuali.
  2. Wajib bagi seorang Da’i untuk berilmu terhadap apa yang dia serukan dan dia larang. Sehingga dakwahnya tegak di atas ilmu.
  3. Peringatan berkaitan dengan keikhlasan dalam berdakwah. Jangan sampai seorang Da’i punya tujuan selain wajah Allah. Dan tidak menginginkan keuntungan harta, pujian dan pengikut.
  4. Basiroh itu wajib, karena kita wajib ittiba’ kepada Rasul.
  5. Indahnya Tauhid karena dalam Tauhid itu terkandung penyucian Allah dari segala kotoran-kotoran yang ada.
  6. Kejinya syirik karena syirik itu menandingkan Allah dengan yang lainnya.
  7. Wajibnya seorang muslim menjauh dari musyrikin dan menjauh dari lingkungan musyrik.

 

  • Dalil Kedua

Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu berkata, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus Muadz bin Jabal ke Yaman beliau bersabda kepadanya,

 

إِنَّكَ تَأْتِي قَوْمًا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ، فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهَ – وفي رواية: إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوْا اللهَ- فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْكَ لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِيْ كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْكَ لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْكَ لِذَلِكَ فَإِيَّاكَ وَكَرَائِمَ أَمْوَالِهِمْ، وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُوْمِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ 

“Sungguh kamu akan mendatangi orang-orang ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) maka hendaklah pertama kali yang harus kamu sampaikan  kepada mereka adalah syahadat La Ilaha Illallah –dalam riwayat yang lain disebutkan: “supaya mereka mentauhidkan Allah”- jika mereka mematuhi apa yang kamu dakwahkan, maka sampaikan kepada  mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu dalam sehari semalam, jika mereka telah mematuhi apa yang telah kamu sampaikan, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka zakat, yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan diberikan kepada orang-orang yang fakir. Dan jika mereka telah mematuhi apa yang kamu sampaikan, maka jauhkanlah dirimu dari harta pilihan mereka, dan takutlah kamu dari doanya orang-orang yang teraniaya, karena sesungguhnya tidak ada tabir penghalang antara doanya dan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim) 

 

Penjelasan :

Ibnu Abbas adalah sepupu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan didoakan Nabi agar paham tentang tafsir, serta termasuk sahabat junior. Rasulullah  ketika mengutus orang itu tidak sembarangan orang. Dan kalau kita mengutus orang kita harus menjelaskan tugasnya dengan jelas.

 

Berilmu terhadap dakwah :

  1. Ilmu tentang materi dakwah yang akan kita sampaikan.
  2. Ilmu tentang mad’u/objek dakwah, siapa yang akan kita dakwahi.
  3. Ilmu tentang tatacara/rancangan/strategi dakwah.
  • Jadikan dakwah yang pertamamu kepada mereka itu adalah La Ilaha Illallah sampai mereka mentauhidkan Allah. Jadi dakwah itu tidak hanya kepada muslim saja, tetapi juga kepada kaum kafir.
  • Setelah itu ajak mereka sholat lima waktu.
  • Kalau sudah mau sholat, kamu ajari wajibnya sodaqoh zakat yang diambil dari orang-orang kaya dan dikembalikan kepada orang-orang miskin.
  • Setelah itu jauhilah kalian dari mengambil harta pilihan mereka.
  • Dan jauhi dari mendzolimi orang lain, karena doa orang-orang yang terdzolimi itu pasti dikabulkan Allah walaupun dalam waktu yang lama.

Dakwah itu bertahap dari yang paling penting kemudian ke perkara yang lain. Dan tahapan itu sesungguhnya adalah fitroh.

Faedah dalil ini :

  • Masyru’nya mengutus para da’i yang menyebarkan dakwah di setiap wilayah. Dan ini tugas pemimpin.
  • Syahadat La Ilaha Illallah adalah kewajiban pertama yang diserukan kepada manusia.
  • Makna Tauhid La Ilaha Illallah adalah mentauhidkan Allah dalam ibadah.
  • Orang kafir tidak akan dihukumi masuk Islam kecuali dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.
  • Manusia terkadang seorang Qori’/pembaca Al-Qur’an, profesor atau orang ahli akan tetapi tidak paham makna kalimat La Ilaha Illallah. 
  • Pembicaraan kepada orang yang alim berbeda dengan pembicaraan kepada orang jahil.
  • Peringatan selayaknya seorang da’i dia harus di atas ilmu untuk menepis syubhat.
  • Sholat itu kewajiban terbesar setelah kalimat Syahadat 
  • Zakat itu kewajiban setelah sholat.
  • Pembagian zakat boleh difokuskan ke 1 golongan, contoh kepada fakir.
  • Tidak boleh mengambil zakat dari harta yang paling bagus, kecuali atas keridhoan pemiliknya.
  • Peringatan keras dari perbuatan dzolim.
  • Doa orang yang terdzolimi itu pasti dikabulkan oleh Allah.

 

  • Dalil Ketiga

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Sahl bin Sa’d  radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di saat perang Khaibar bersabda:

(( لأُعْطِيَنَّ الرَّايَةَ غَدًا رَجُلاً يًحِبُّ اللهَ وَرَسُوْلَهُ، وَيُحِبُّهُ اللهُ وَرَسُوْلُهُ، يَفْتَحُ اللهُ عَلَى يَدَيْهِ، فَبَاتَ النَّاسُ يَدُوْكُوْنَ لَيْلَتَهُمْ أَيُّهُمْ يُعْطَاهَا، فَلَمَّا أَصْبَحُوْا غَدَوْا عَلَى رَسُوْلِ اللهِ r كُلُّهُمْ يَرْجُوْنَ أَنْ يُعْطَاهَا، فَقَالَ: (( أَيْنَ عَلِيٌّ بْنُ أَبِيْ طَالِبٍ؟ فَقِيْلَ: هُوَ يَشْتَكِي عَيْنَيْهِ، فَأَرْسَلُوْا إِلَيْهِ فَأُتِيَ بِهِ، فَبَصَقَ فِيْ عَيْنَيْهِ وَدَعَا لَهُ، فَبَرَأَ كَأَنْ لَمْ يَكُنْ بِهِ وَجَعٌ، فَأَعْطَاهُ الرَّايَةَ، فَقَالَ: (( انْفُذْ عَلَى رِسْلِكَ حَتَّى تَنْـِزلَ بِسَاحَتِهِمْ، ثُمَّ ادْعُهُمْ إِلَى الإِسْلاَمِ، وَأَخْبِرْهُمْ بِمَا يَجِبُ عَلَيْهِمْ مِنْ حَقِّ اللهِ تَعَالَى فِيْهِ، فَوَاللهِ لأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمُرِ النَّعَمِ )) يَدُوْكُوْنَ أي يَخُوْضُوْنَ.

 “Sungguh akan aku serahkan bendera (komando perang) ini besok pagi kepada orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan dia dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, Allah akan memberikan kemenangan dengan sebab kedua tangannya”, maka semalam suntuk para sahabat memperbincangkan siapakah di antara mereka yang akan diserahi bendera itu, di pagi harinya mereka mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Masing-masing berharap agar ia yang diserahi bendera tersebut, maka saat itu Rasul bertanya: “di mana Ali bin Abi Thalib? Mereka menjawab: “dia sedang sakit pada kedua matanya, kemudian mereka mengutus orang untuk memanggilnya, dan datanglah ia, kemudian Rasul meludahi kedua matanya, seketika itu dia sembuh seperti tidak pernah terkena penyakit, kemudian Rasul menyerahkan bendera itu kepadanya dan bersabda: “melangkahlah engkau ke depan dengan tenang hingga engkau sampai di tempat mereka, kemudian ajaklah mereka kepada Islam, dan sampaikanlah kepada  mereka akan hak-hak Allah dalam Islam, maka demi Allah, sungguh Allah memberi hidayah kepada seseorang dengan sebab kamu itu lebih baik dari unta-unta yang merah.”

 

Penjelasan :

Yang Nabi sampaikan adalah targhib keutamaan yang sifatnya imaniyah, orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya kemudian Allah dan Rasul-Nya juga mencintai dia. Dan kemudian menyampaikan kabar yang ghoib Allah akan memberikan kemenangan kepada orang tersebut.

Secara umum para Sahabat itu saling berlomba-lomba dalam urusan akhirat. Dan bersaing dalam urusan akhirat itu terpuji. Tapi berlomba-lomba dalam urusan dunia itu tidak boleh, karena akan menghasilkan kedzoliman.

Pentingnya percaya kepada takdir. Karena para Sahabat sudah menunggu kabar dari Rasulullah  ternyata yang dicari adalah Ali bin Abi Thalib.

Keutamaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bisa menyembuhkan sakit mata Ali bin Abi Thalib dengan air liur beliau, yang hal tersebut tidak bisa ditiru oleh para Sahabat dan umat beliau.

Target Islam adalah berdakwah bukan Perang. Dalam kita menyampaikan ilmu harus kita pastikan dulu itu berfaedah, bermanfaat dan cocok untuk kita sampaikan.

 

Faedah Hadits :

  1. Keutamaan Ali bin Abi Thalib. 
  2. Penetapan Allah mencintai para wali-waliNya
  3. Semangat para Sahabat dalam mendapatkan apa yang Nabi kabarkan tentang orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya kemudian Allah dan Rasul-Nya juga mencintai dia.
  4. Ada adab-adab dalam peperangan.
  5. Supaya imam memperlakukan dengan lembut kepada pegawainya/ bawahannya.
  6. Wajibnya dakwah kepada Islam.
  7. Jika ada penghalang diterima dakwah di orang kafir baru ada peperangan. 
  8. Dakwah itu bertahap.
  9. Keutamaan berdakwah lebih baik daripada unta merah.
  10. Nabi sebutkan Allah akan memberikan kemenangan.
  11. Iman kepada takdir Allah.
  12. Tidak cukup hanya berlabel Islam, tapi dia harus menunaikan kewajiban-kewajibannya. 

 

***

Disusun oleh:  

Akh Yusuf Nur Rohmad hafizhahullah 

 

Diedit oleh:

Akh Wahyu Trihadi hafidzhahullah

 

Telah dikoreksi oleh:  

Ustadz Ari Wahyudi hafizhahullah

 

Penutup 

Semoga Allah mengampuni kesalahan penulis, 

Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat, 

Semoga amal ibadah kita diterima, 

Semoga sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, beserta keluarga, para sahabat, dan pengikutnya hingga hari kiamat. 

Referensi  

  • Al-Qur’an Indonesia http://quran-id.com 
  • https://almanhaj.or.id/3195-berkasih-sayang-dan-lemah-lembut.html
  • https://rumaysho.com/3337-sesuatu-yang-dilakukan-karena-allah-pasti-langgeng.html
  • https://almanhaj.or.id/2218-berdakwah-ke-thaif.html
  • https://firanda.com/2188-penjelasan-kitab-tauhid-bab-5-dakwah-kepada-syahadat-la-ilaha-illallah.html

COMMENTS

WORDPRESS: 0