Hanya Pindah Pasar

Hanya Pindah Pasar

Hanya Pindah Pasar

 

Sungguh pemandangan yang sangat luar biasa, manusia berebut penuh semangat untuk bisa duduk di Raudhah.

Manusia selalu bergegas ke masjid takut terlambat sholat yang bisa mengurangi nilai pahalanya.

Saat sampai Makkah, kerinduan kepada Ka’bah membuat bersemangat untuk bisa segera thawaf mendekat Ka’bah walau akhirnya harus jauh dari Ka’bah dan tidak bisa menyentuh lagi karena memang di pagar keliling dan jamaah membludak, cukup rela thawaf dengan mengelilinginya jarak jauh tanpa menyentuh.

Manusia selalu bergegas ke masjid untuk mencari posisi nyaman tempat dalam masjid bahkan siap menerobos askar yang menjaganya, dan terkadang harus memang benar-benar terhalang karena padatnya manusia untuk menghindari jatuhnya korban karena tabrakan arus, semua bagian pelayanan Masjidil Haram kepada jamaah walaupun sebagian orang tidak bisa terima karena saking semangatnya.

Rela mengurangi jam tidur demi bisa mendapatkan kesempurnaan ibadah di Masjidil Haram, karena memang acara ibadah menuntut kita minim istirahat apalagi berpuas-puas. Dan sesungguhnya itulah sifat mukminin yang ingin meraih kenyamanan dan kemuliaan serta derajat yang tinggi disisi Rabbnya harus rela melepaskan banyak kenyamanan demi kemuliaanya.

وَاَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهٖ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوٰىۙ
فَاِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوٰىۗ

“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya (40), maka sungguh, surgalah tempat tinggal(nya) (41)”
(QS. An-Nazi’at : 40-41)

Semua ini tentu bagian dari kerinduannya kepada masjid, yang semoga menjadi bagian yang mendapatkan perlindungan dihari akhir kelak saat tidak ada perlindungan kecuali perlindungan Allah, salah satunya bagi mereka yang hatinya tertambat ke masjid.

Itulah Pasar Akhirat

Manusia dibuat sibuk dengan perdagangannya, yaitu perdagangan iman. Seakan manusia sedang sangat berambisi meraih keuntungan besar sadar atau tidak.

Terbayang olehku, saat mau masuk masjidil haram harus terhalang askar penjaga, sampai sebagian orang histeris karena berdesakan, bagaimana seandainya di hari kiamat kelak saat manusia dalam kesulitan yang luar biasa dan ditolak dari tempat-tempat yang nyaman bahkan tertolak untuk masuk surga siapa yang akan kita mintai tolong lagi? sungguh hari itu sudah tidak bermanfaat lagi harta manusia sebanyak apapun dan anak sehebat apapun kecuali mereka yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat.

Sahabatku..

Kepulangan kita dari Makkah dan Madinah menuju tanah air, belum selesai urusan kita, kita hanya PINDAH PASAR.

فَاِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْۙ

“Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain)”
(QS. Al-Insyirah: 7)

Jika telah selesai suatu ketaatan yang satu pindahlah ke ketaatan yang lain, sampai kita menemui ajal.

Kemarin suasana ibadah kita di Makkah Madinah maka sekarang pindah ke tanah air, sama tetap bagaimana kita selalu beribadah kepada Nya semata sampai wafat kita.

Memang beda Makkah Madinah dengan tanah lain dipermukaan bumi ini, tapi Allah telah menjadikan semua tempat dimuka bumi ini sebagai tempat menyembah Allah ta’ala,

Sahabatku..

Tetaplah bersemangat meraih raudhah bentuk lain yaitu majelis ilmu yang Nabi namai dengan Riyadhul janah, taman-taman surga, karena memang di majelis ilmu dipompakan semangat ketaatan dengan dibacakan ayat dan hadits Nabi sebagai air penyegar untuk tanaman iman kita, ruh yang menghidupakn keimanan kita serta cahaya yang bisa menerangi di tengah gelapnya kehidupan, gelapnya fitnah syahwat dan syubhat.

Sehingga yang paling segar pohon imannya, yang hidup ruh keimanannya, yang paling terang cahaya hidupnya adalah mereka yang paling dekat dengan ilmu dan majelis ilmunya para ulama.

Yang paling indah taman imanya yang paling perhatian dalam perawatanya, rawatlah ini semua.

Tetaplah bergegas ke masjid, kuatkan kerinduan kita dengan masjid, bergegaslah ke majlis ilmunya para ulama dan ahlu ilmi. Karena sungguh Allah akan sediakan naungan saat tidak ada naungan lagi kecuali naungan Allah ta’ala, akan Allah segarkan pohon iman kita, jangan pudarkan kerinduan hati anda kepada masjid karena mulai terfitnah dengan pasar dunia.

Jadikan pasar dunia anda bagian dari pasar akhirat karena sifat seorang mukmin sebagaimana Allah tegaskan

{رِجَالٌ لا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالأبْصَارُ * لِيَجْزِيَهُمُ اللَّهُ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ }

“Orang yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dan jual-beli dari mengingat Allah, melaksanakan salat, dan menunaikan zakat. Mereka takut kepada hari ketika hati dan penglihatan menjadi guncang (hari Kiamat)(37), (mereka melakukan itu) agar Allah memberi balasan kepada mereka dengan yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan, dan agar Dia menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa saja yang Dia kehendaki tanpa batas.(38)”
(QS. An-Nur: 37-38)

Itulah mukmin, pedagang akhirat yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dunianya.

Bergegaslah dan berjuanglah untuk mendapatkam tempat nyaman sebagaimana anda bergegas ke Masjidil Haram, agar mendapatkan tempat istimewa di surga Nya, karena sungguh hidayah Allah dan balasan Allah sesuai dengan kesungguhan hamba Nya dalam menempuh jalan-jalan hidayah.

وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.”
(QS Al-Ankabut: 69)

Al Imam Ibnul Qoyyim menjelaskan bahwa orang yang paling besar meraih hidayah adalah mereka yang paling kuat usahanya untuk mendapatkan hidayah, baik hidayah ilmu maupun hidayah taufiq beramal.

Sahabatku..

Mari kita jadikan umrah kita benar bemar umrah yang membekas dalam hati, bukan sekedar wisata religi yang tak berbekas lagi, dan diantara tanda umrah kita maqbul diterima Allah adalah kebaikan diri kita setelah umrah ini.

Sebagaimana ungkapan ulama kita,

“Diantara balasan bagi amalan kebaikan kita adalah amalan kebaikan yang ada sesudahnya”

 

Ustadz Afifi Abdul Wadud حفظه الله
Makkah, 29 Ramadhan 1443 H

COMMENTS

WORDPRESS: 0