Iman dan Ujian, Dua Sejoli
Telah menjadi ketetapan Allah subhanahu wa ta’ala bahwasanya seorang mukmin pasti mendapatkan ujian di dalam hidupnya. Dengan ujian yang diberikan Allah, maka akan dapat dibedakan antara orang yang benar dan orang yang dusta keimanannya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَقَدْ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُوا۟ وَلَيَعْلَمَنَّ ٱلْكَٰذِبِينَ
“Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka. Maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”.
(QS. Al Ankaabut: 3)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyatakan jika Allah subhanahu wa ta’ala mencintai hamba-Nya, maka Allah memberikan ujian kepadanya. Ujian terberat adalah ujian yang dialami para Nabi, kemudian orang semisal mereka dan seterusnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya,
Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang mengalami ujian terberat? Maka beliau menjawab,
الا نبياء ثم الامثال فالامثال
“(Yang terberat mengalami ujian) adalah para nabi kemudian orang semisal mereka”.
(HR. Tirmidzi nomor 2900, Ad Darimi nomor 2783 dan selainnya. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihut Targhib wat Tarhib nomor 3402).
Semakin dekat kualitas iman seseorang dengan kualitas iman para Nabi, maka semakin berat pula ujian yang dia dapatkan. Dan orang yang paling berbahagia adalah yang paling bersabar dalam menghadapi ujian, dan yang paling bersabar adalah yang paling sempurna imannya.
—
Faedah Kajian Kitab Al Qawaidul Arba karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullahu ta’ala.
Disampaikan oleh Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A hafidzhahullahu ta’ala
COMMENTS