Ittiba’ itu Lahir Batin
Dalam diri Nabi ada keteladanan.
Kalau anda presiden maka dalam diri Nabi ada keteladanan.
Kalau anda ulama, guru, seorang dai dalam diri Nabi ada keteladanan.
Kalau anda seorang pedagang dalam diri Nabi ada keteladanan.
Kalau anda seorang suami dalam diri Nabi ada keteladanan.
Hampir tidak ada yang kita butuhkan dalam kehidupan kita kecuali ada keteladanan pada diri pribadi Rasulullah صلى الله عليه وسلم.
Jika anda seorang muslim yang memang betul-betul mencintai Nabi-nya, maka ketahuilah, bahwa ciri khas pecinta Nabi adalah meneladani Rasulullah صلى الله عليه وسلم.
Tiada teladan yang sempurna dalam mewujudkan segala amalan yang dhohir maupun amalan yang batin yang lebih sempurna dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, maka meneladani beliau jangan sekedar amalan dhohir akan tetapi juga meneladani amalan batinya dan itulah ittiba yang hakiki. Sekedar ittiba dhohirnya namun batinya tidak, ini adalah ittiba yang belum sempurna bahkan bisa tidak bernilai seperti sholat yang sudah baik secara dhohirnya tapi gak kusyu’ sama sekali, bisa sia sia.
Allah berfirman,
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”
(QS. Ali Imran : 31)
Ulama mengatakan ayat ini adalah ayat mihnah (ayat ujian)
Artinya,sekedar klaim cinta tidak diterima sampai dia buktikan bahwa dia ittiba nabi.
—
Faedah Kajian Kitab 10 Kaidah Tazkiyatun Nafs, Karya Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr Hafidzahumallahu ta’ala
Disampaikan oleh Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A Hafizhahullah Ta’ala
COMMENTS