Jangan Tinggalkan Madinah Karena Benci

Jangan Tinggalkan Madinah Karena Benci

Jangan Tinggalkan Madinah Karena Benci

 

Sahabatku..

Sudah seharusnya seorang mukmin terasa sedih meninggalkan kota Madinah karena ini kota Nabi, yang mencintai Madinah adalah iman dan membencinya adalah kemunafikan.

Sesungguhnya mencintai madinah bagian dari kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya, karena memang Allah dan Rasul-Nya mencintai Madinah dan memerintahkan kita mencintai Madinah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

‎إِنَّ الإِيْمَانَ لَيَأْرِزُ إِلَى الْمَدِيْنَةِ كَمَا تَأْرِزُ الْحَيَّةُ إِلَى جُحْرِهَا

“Sesungguhnya iman itu akan kembali ke Madinah sebagaimana ular akan kembali ke lubangnya”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

‎إنها طيبةٌ تَنْفِي الذُّنوبَ كَمَا تَنْفِي النَّارُ خبث الفِضَّة

“Sesungguhnya Madinah adalah Thaybah, ia menghilangkan dosa-dosa sebagaimana api yang menghilangkan kotoran-kotoran perak”
(HR. Al-Bukhari)

Bahkan Nabi kita mengancam bagi mereka yang berbuat kerusakan di kota Madinah dengan bid’ah dan maksiat atau dengan mengancam penduduknya apalagi para ulamanya, karena diantara kemuliaan tempat adalah karena keadaan iman dan ilmu para penduduknya.

Simaklah kata Nabi kita yang mulia, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

‎لاَ يَكِيْدُ أَهْلَ الْمَدِينَة أحدٌ إِلَّا انْمَاعَ كَمَا يَنْمَاعُ الْمِلْحُ فِي المَاءِ

“Tidaklah seorangpun yang berencana buruk kepada penduduk kota Madinah kecuali ia akan lebur sebagaimana garam yang lebur di air”
(HR. Al-Bukhari)

‎مَنْ أَخَافَ أَهْلَ الْمَدِيْنَةِ ظَالِمًا لَهُمْ أَخَافَهُ اللهُ وَكَانَتْ عَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَالْمَلاَئِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ لاَ يُقْبَلُ مِنْهُ صَرْفٌ وَلاَ عَدْلٌ

“Barangsiapa yang menakut-nakuti penduduk kota Madinah dengan mendzalimi mereka, maka Allah akan menjadikan mereka takut, dan atas dia laknat Allah, para malaikat, dan seluruh manusia, tidak akan diterima darinya amal wajibnya dan tidak juga amal sunnahnya”
(HR. Nasa’i)

Maka cintailah Madinah, karena kecintaan kita kepada Nabi yang mulia akan menjadikan anda:

1. Mendapatkan manisnya iman

Allah menjadikan sebab-sebab untuk mendapatkan manisnya iman. Telah diriwayatkan dari Imam Bukhari dan Muslim dari Anas radhiyallahu ’anhu, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

“Tiga perkara yang membuat seseorang akan mendapatkan manisnya iman yaitu : Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya, dia mencintai saudaranya, tidaklah dia mencintainya kecuali karena Allah, dan dia benci kembali pada kekufuran sebagaimana dia benci dilemparkan dalam api.”

Dan yang dimaksudkan dengan (حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ) –sebagaimana disebutkan para ulama rahimahumullah– adalah merasakan kelezatan melakukan ketaatan, bersabar dan merasa nikmat dalam beragama, dan yang demikian juga berpengaruh pada perihal keduniaan.

2. Akan menjadikan anda bersama beliau di akhirat

Diriwayatkan dari Imam Muslim, Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata,

“Datang seorang laki-laki pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian bertanya: “Kapan hari kiamat datang?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya:”Apa yang engkau persiapkan untuk hari kiamat?” Dia menjawab,”Cinta Allah dan Rasul-Nya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,”Engkau akan bersama orang yang engkau cintai.”

Anas radhiyallahu ‘anhu berkata,

“Tidaklah kami sangat bergembira setelah nikmat Islam kecuali setelah mendengar sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, ”Engkau akan bersama orang yang engkau cintai.””

Anas radhiyallahu ‘anhu berkata,

”Maka sungguh aku mencintai Allah, Rasul-Nya, Abu Bakar, dan Umar –radhiyallahu ‘anhuma-. Dan saya berharap bisa bersama mereka, walaupun amalanku tidaklah seperti mereka.”

Subhanallah, alangkah agungnya keutamaan mencintai Nabi, dan tentu masih banyak lagi keutamaanya.

Renungkan berapa harga yang harus dibayar untuk bisa bersama Rasulullah apalagi di jannah, jika diantara keutamaan para sahabat karena mereka membersamai Nabi di dunia, yang keutamaannya tidak bisa ditandingi generasi manusia kapanpun, apalagi bisa bersama Nabi di akhirat kelak yaitu jannah.
Itulah sebagian buah jika kita mencintai Nabi.

Sahabatku..

Semoga kita tinggalkan kota Madinah bukan dengan suka cita apalagi penuh kebencian, tapi karena kita memang akan ada keperluan yang lebih utama yaitu Umrah.

Layak seorang mukmin meninggalkan kota Madinah dengan tetesan air mata, semoga kerinduannya akan mempertemukan dengan Nabi di jannah kelak.

Selamat tinggal kota Madinah, kota Nabi.

 

Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A hafizhahullah ta’ala
Madinah, 20 Ramadhan 1443 H

COMMENTS

WORDPRESS: 0