Kalau Tidak Ikut Ilmu, Pasti Hawa Nafsu
Suka duduk di majelis ilmu yang mengajarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman para sahabat dalam rangka paham agama adalah sebuah kenikmatan, karena itu alamat kebaikan seseorang.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barangsiapa yang Allah kehendaki baginya kebaikan, maka Allah jadikan dia faham dalam urusan agamanya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Kunci kebaikan adalah sejauh mana kita paham akan agama Allah, sehingga wajib setiap kita menuntut ilmu agama. Karena tanpa kita paham agama Allah maka yang kita ikuti adalah hawa nafsu dan dugaan semata.
Sebagaimana firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى di dalam Surat Yunus Ayat 36,
وَمَا يَتَّبِعُ أَكْثَرُهُمْ إِلَّا ظَنًّا ۚ إِنَّ ٱلظَّنَّ لَا يُغْنِى مِنَ ٱلْحَقِّ شَيْـًٔا ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌۢ بِمَا يَفْعَلُونَ
“Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.”
إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الأَنْفُسُ
“Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka semata”
(QS. An Najm: 23)
—
Feadah Kajian Kitab Ma’alim Fit Tauhid.
Disampaikan oleh Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A Hafizhahullah Ta’ala.
COMMENTS