Kebutuhan Pokok yang Terabaikan
Belajar agama sangat dimotivasi dalam agama kita, harus berilmu. Ilmu sesungguhnya adalah makanan utama hati kita, dan harus kita tegaskan bahwa kehidupan meliputi kehidupan jasad dan hati.
Makan, minum, rumah, kendaraan, memang kebutuhan tapi itu semua kebutuhan jasad. Dan ada kebutuhan lain yang harus dipenuhi, yaitu kebutuhan hati. Maka sebagaimana kita tertuntut mencari kehidupan jasad, maka kehidupan hati juga harus kita cari.
Dan kehidupan hati, itulah kehidupan hakiki. Jika hati kita mati, kita dianggap mayit yang tidak memiliki kehidupan, bangkai gentayangan di muka bumi. Maka Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata,
النَّاسُ إِلَى الْعِلْمِ أَحْوَجُ مِنْهُمْ إِلَى الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ. لِأَنَّ الرَّجُلَ يَحْتَاجُ إِلَى الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ فِي الْيَوْمِ مَرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ. وَحَاجَتُهُ إِلَى الْعِلْمِ بِعَدَدِ أَنْفَاسِهِ
“Kebutuhan manusia terhadap ilmu (syar’i) itu melebihi kebutuhannya terhadap makanan dan minuman. Hal itu karena seseorang membutuhkan makanan dan minuman hanya sekali atau dua kali (saja), adapun kebutuhannya terhadap ilmu (syar’i) itu sebanyak tarikan nafasnya.”
[Madaarijus Saalikiin, 2/440]
Tapi kebutuhan pokok kehidupan ini yang justru sering terabaikan, seakan kehidupan hanya kehidupan jasad. Maka jangan lewatkan ilmu dalam menu harianmu.
—
Faedah Kajian Kitab “Mengapa Akidah Dulu”.
Berasama Ustadz Afifi Abdul Wadud hafizhahullah ta’ala
COMMENTS