Kita Sedang dalam Perjalanan

Kita Sedang dalam Perjalanan

Kita Sedang dalam Perjalanan

 

Sahabatku..

Musafir, sedang dalam perjalanan, itulah status kita sekarang ini.

Sahabatku..

Sempatkah kita merenung tentang kehidupan kita? Itulah status kita sekarang, kita sedang dalam perjalanan menuju kampung akherat, berjalan menuju Allah ta’ala, status kita sebagai musafir.

Tahukah kita apa yang terbaik bagi musafir?

Paling tidak ada 3 hal yang terbaik bagi seorang musafir:

  1. Bekal terbaik yang harus kita bawa hingga sampai tujuan.
  2. Kendaraan terbaik yang mengantarkan kita nyaman sampai tujuan.
  3. Kawan pendamping yang membuat kita selalu bisa lebih nyaman hingga ke tujuan.

Inilah kata Nabi yang mulia,

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبِي فَقَالَ كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ [وَعُدَّ نَفْسَكَ مِنْ أَهْلِ الْقُبُوْرِ] وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَقُولُ إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Beliau berkata,

“Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang kedua pundakku, lalu bersabda, ‘Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau seorang musafir’ [dan persiapkan dirimu termasuk orang yang akan menjadi penghuni kubur (pasti akan mati)].”

Dan Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma pernah mengatakan,

“Jika engkau berada di sore hari, janganlah menunggu pagi hari. Dan jika engkau berada di pagi hari, janganlah menunggu sore hari. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum sakitmu dan hidupmu sebelum matimu.”

MUSAFIR..

1. Bekal terbaiknya adalah taqwa

Yaitu amalan ketaatan kepada Rabb-nya dan menjauhi maksiat kepada Rabb-nya. Dan yang terpentingnya adalah tauhid dan meninggalkan syirik.

2. Kendaraan terbaiknya adalah jiwa yang muthmainah

Jiwa yang tenang dalam mentaati Rabbnya, bukan jiwa yang selalu gelisah ingin bermaksiat.

Tentu untuk mendapatkan jiwa seperti perlu pendidikan serius, sebagaimana jika ingin memiliki kendaraan yang nyaman.

Jiwa seperti anak kuda bibit unggul. Jika dilatih oleh yang ahli dengan penuh kesabaran dan ketekunan, anak kuda akan menjadi tunggangan yang sangat memuaskan penunggangnya. Jika tidak pasti akan mengecewakan. Demikian pula dengan jiwa.

3. Kawan sholih yang selalu saling mengingatkan dan bantu membantu dalam kebaikan dan ketaqwaan.

Jika ketiga hal ini terpenuhi pasti akan nyaman sampai tujuan. Atau kita ini sedang berjalan meniti tangga kemuliaan menuju Allah, yang modal utamanya adalah hati.

قال ابن القيم – رحمه الله..
«فاعلمْ أن العبد إنما يَقطع منازلَ السير إلى الله بقلبه وهمته لا ببدنِه، والتقوى في الحقيقة تقوى القلوب لا تقوى الجوارح.

“Ketahuilah, seorang hamba dalam perjalanan meniti tangga kemuliaan menuju Allah ditentukan oleh kekuatan hati dan cita-citanya, bukan dengan badannya. Hakikat ketaqwaan adalah ketaqwaan hati bukan anggota badan”

Maka, kunci kekuatan hati adalah:

  1. Ilmu
  2. Amal

Kekuatan ilmu untuk menepis syubhat yang membingungkan. Kekuatan amal untuk menolak syahwat yang menyimpang, sehingga perjalanan akan lurus dan tidak menyimpang.

Dan yang paling sukses meniti tangga ini adalah yang paling sehat dan bersih hatinya, serta yang paling kuat cita-citanya.

Sahabatku..

Lalu apa yang telah kita siapkan untuk sesuatu yang pasti ini?

 

Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A حفظه الله
Madinah, 18 Ramadhan 1443 H

COMMENTS

WORDPRESS: 0