Kriteria Bahwa Amal Itu Sebuah Ibadah

Kriteria Bahwa Amal Itu Sebuah Ibadah

Kriteria Bahwa Amal Itu Sebuah Ibadah

 

Secara umum setiap amal yang dicintai dan diridhoi Allah adalah ibadah, adapun diantara rincian cara mengetahui bahwa amal itu merupakan ibadah bisa dengan memperhatikan hal sebagai berikut :

1. Perkara itu Diperintahkan Allah ta’ala.

Semua yang diperintahkan Allah pasti dicintai dan diridhoi Allah ta’ala. Contoh: sholat, zakat, haji, puasa, dst. Semua yang Allah dan Nabi perintahkan.

2. Allah Memuji Amalan Tersebut.

Allah mengungkapkan kecintaan Allah kepada amalan tersebut. Contoh: wallahu yuhibbush shobirin, wallahu yuhibbul muttaqin, wallahu yuhibbul muhsinin, dst.

3. Perkara Itu Disebutkan Allah Janji-janji Pahalanya.

Contoh: membaca Al-Qur’an pahalanya begini, berdzikir dengan kalimat ini pahalanya begini, dst.

Adapun tentang jenis ibadah, para ulama menjelaskan ada ibadah umum, ada yang maghdhoh (ibadah yang membutuhkan ritual khusus). Adapun dalam bentuk ritual amal ibadah, asalnya tidak ada beban ritual apapun kecuali ada dalil yang memerintahkan. Jika tidak ada perintahnya maka perbuatan itu asalnya tidak dilakukan.

Contoh: asalnya kita tidak perlu sholat, puasa, haji, dll, ini semua kita lakukan karena ada perintahnya. Nah jika seseorang mengadakan ritual amalan tertentu padahal tidak ada perintahnya, atau tidak ada dalilnya maka dikatakan telah mengadakan syariat sendiri.

Maka dikatakan oleh para ulama bahwasanya al aslu fil ibadah harom atau al man’u. Semua amal ibadah itu asalnya adalah haram yaitu tidak boleh dilakukan sampai ada dalil yang memerintahkan atau contoh yakni teladan pelaksanaan amal itu.

Sedangkan dalam urusan dunia yang menjadi kebutuhan manusia, asalnya semuanya boleh kecuali ada dalil yang mengharamkan. Al aslu fi umurid dunya al ibahah. Asalnya perkara dunia itu boleh, kecuali ada dalil yang mengharamkan.

Maka jika ada orang yang melarang memakan suatu jenis makanan, maka kita tanya apakah ada dalil yang mengharamkan. Sebaliknya dalam urusan ritual ibadah, jika ada orang melakukan, maka kita tanya apakah ada dalil yang memerintahkan.

 

Faedah kajian Mulakkhosh fii Syarhi Kitab Tauhid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullahu ta’ala karya Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan hafidzahullahu ta’ala.
Disampaikan oleh Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A hafidzahullahu ta’ala

COMMENTS

WORDPRESS: 0