Muamalahmu Cerminan Aqidahmu

Muamalahmu Cerminan Aqidahmu

Muamalahmu Cerminan Aqidahmu

 

Banyak orang menyangka tidak ada kaitan antara muamalah dengan aqidah, sehingga diantara mereka dalam dakwahnya sangat menekankan akhlak muamalah dan sangat mengesampingkan aqidah.

Padahal Nabi fokus perhatian aqidah selama 13 tahun pertama dalam dakwahnya dan tidak pernah meremehkan pula di 10 tahun berikutnya yang mulai banyak ayat hukum yang diturunkannya.

Dalam Islam, aqidah dan muamalah sangat berkaitan erat hubungannya, bagi seorang mukmin seluruh muamalah adalah buah aqidah. Cara bermuamalah sangat dipengaruhi oleh aqidah dalam dirinya. Hubungan aqidah dan muamalah digambarkan Allah dalam surah Ibrohim ayat 24-25 yang artinya,

“Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat Tayyibah seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan batang percabangannya (menjulang) ke langit. (pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Allah.”

Penjelasan singkat dari ayat ini, sebagaimana akar yang tidak terlihat di dalam tanah, tetapi dari akar ini tumbuh batang percabangan dan keluarnya buah-buahan. Akar ini sangat berpengaruh terhadap tumbuhnya batang dan keluarnya buah. Demikian pula dalam Islam, aqidah itu tidak tampak, karena terletak dalam hati. Tapi ini memiliki dampak terwujudnya amalan ibadah dan akhlak yang baik.

Berbeda antara mukmin dan munafik, orang mukmin berhias dengan iman dan munafik tidak memilikinya. Seorang mukmin memiliki semangat tinggi dalam ibadah dan menikmatinya, dalam menghadapi kesulitan, dia akan yakin dan mantap karena hatinya terhiasi oleh iman.

Berbeda dengan munafik yang ucapannya hanya di lisan, hatinya kosong dari iman. Allah berfirman dalam Ali Imran ayat 167,

‌‎يَقُوْلُوْنَ بِاَفْوَاهِهِمْ مَّا لَيْسَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ

“Mereka mengucapkan dengan lisan mereka apa yang tidak
ada dalam hati mereka.”

Orang munafik ketika beribadah seperti sholat, mereka berdiri dengan penuh kemalasan. Kemudian ketika mereka diuji, mereka menganggapnya adzab atau malapetaka. Agar mereka terlepas dari Adzab, maka mereka melepas agama mereka.

Hal ini berbeda dengan yang ada pada orang mukmin. Karena orang mukmin menghadapi ujian dengan bersabar, tetap konsisten istiqomah di atas agama, dan yakin bahwa di balik musibah ada hikmah.

 

Faedah kajian Mulakkhosh fii Syarhi Kitab Tauhid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullahu ta’ala
karya Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan hafidzahullahu ta’ala.
Disampaikan oleh Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A hafidzahullahu ta’ala

COMMENTS

WORDPRESS: 0