Muhasabah Akhir Ramadhan
Jika para salaf menyongsong Ramadhan mereka sambut dengan gegap gempita, hati yang berharap keuntungan akherat berlipat hingga doa mereka yang telah berkumandang sejak 6 bulan sebelumnya, maka saat Ramadhan akan berakhir betapa sedih pilu hati mereka. Sebagaimana para sahabat tiada hari yang lebih ceria melebihi saat datangnya Nabi dikota Madinah, tapi sebaliknya tidak ada hari yang lebih gelap melebihi hari wafatnya Nabi.
Sungguh berpisah dengan Ramadhan adalah hujan air mata bagi mereka, karena mereka telah merasakan lezatnya segala amalan di bulan Ramadhan, keringnya tenggorakan disiang hari, tegaknya badan di malam hari dengan qiyamulail, sejuknya mata membaca Al-Qur’an, kedermawanan mereka yang bagaikan angin beritup
Berpisahnya menjadi moment haru dan pilu bagi mereka
Tapi bagi mereka yang Ramadhan mereka anggap sebagai beban yang menyusahkan, apa yang akan mereka tangisi? Boleh jadi mungkin justru bergembira karena seakan keluar dari penjara yang menyesakan atau terlepas dari beban yang memberatkan.
Sahabatku..
Kira-kira dimana posisi hati kita dengan akan berlalunya Ramadhan?
Sahabatku..
Adapun jika anda termasuk mereka yang telah merasa sukses dengan Ramadhan, telah merasa maksimal dengan amalan dibulan Ramadhan, maka hati seorang mukmin seperti yang Allah gambarkan
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آَتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang penuh khawatir, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka”
(QS. Al Mu’minun: 60).”
Ibnu Rajab berkata,
“Para ulama salafush sholih biasa bersungguh-sungguh dalam menyempurnakan amal dan bersungguh-sungguh ketika mengerjakannya. Setelah itu, mereka sangat berharap amalan tersebut diterima dan khawatir bila tertolak.”
Begitulah hatinya para salaf kita, mereka lebih fokus tentang diterimanya amal mereka dari sekedar banyaknya amal.
Dari Fadholah bin ‘Ubaid, beliau mengatakan,
“Seandainya aku mengetahui bahwa Allah menerima dariku satu amalan kebaikanku sekecil biji saja, maka itu lebih kusukai daripada dunia dan seisinya, karena Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
“Sesungguhnya Allah hanya menerima (amalan) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Ma-idah: 27)”
Malik bin Diinar mengatakan,
“Tidak diterimanya amalan lebih kukhawatirkan daripada banyak beramal.”
Abdul Aziz bin Abi Rowwad berkata,
“Saya menemukan para salaf begitu semangat untuk melakukan amalan sholih. Apabila telah melakukannya, mereka merasa khawatir apakah amalan mereka diterima ataukah tidak.”
Sahabatku..
Jika anda telah merasa sukses beramal,
1️⃣ Maka bersyukurlah kepasa Allah, karena semua amalan hanya bisa terwujud semata dengan pertolongan Allah
2️⃣ Tetaplah ada kekhawatiran jika amal yang kita lakukan tertolak dengan berbagai sebab yang munkin tidak kita ketahui, tapi jangan pula putus asa karena memang begitulah hati seorang mukmin selalu berada antara harap dan cemas.
3️⃣ Jangan bersandar dengan amal yang telah kita lakukan, karena sesungguhnya bukan amal kita yang menjadi harga surga, tapi dengan rahmat dan karunia Allah hamba masuk surga, akan tetapi amal Allah jadikan syarat untuk masuk surga.
4️⃣ Tetaplah beramal jangan berhenti beramal karena berakhirnya Ramadhan bukan akhir beramal, tapi beramal sampai kita menjumpai ajal.
5️⃣ Jagalah agar amal anda tersimpan rapi dalam catatan amal para malaikat, jangan anda rusak dengan berbagai perbuatan yang akan menghancurkan amal yang telah berlalu.
6️⃣ Jagalah istiqomah anda dengan cara:
- Selalu berdoa kepada Allah Rab kita,karena hati kita di antara jemari Allah ta’ala.
- Rawatlah selalu dengan majlis ilmu,karena ilmu adalah cahaya dan ruh keimanan kita
- Suburkan dengan berkawan dengan teman teman yang sholih, karena sahabat adalah penuntun kalau gak ke neraka ya ke surga
- Jangan tinggalkan kebiasaan amalan Ramadhan yang mulya seakan anda hanya menjadi hamba Ramadhan bukan hamba Allah, karena Allah Rab nya Ramadhan dan seluruh bulan yang ada.
Pernah ada yang berkata kepada Bisyr al-Hâfî rahimahullâhu (salah satu sahabat dan murid Fudhail bin Iyadh),
أن قومًا يتعبدون في رمضان ويجتهدون في الأعمال، فإذا انسلخ تركوا!
“Ada sebuah kaum yang beribadah dan bersungguh-sungguh beramal shalih di bulan Ramadhan, namun saat Ramadhan berlalu, mereka tinggalkan ini semua! (yaitu tidak lagi bersungguh-sungguh dalam beribadah).”
Maka, Bisyr al-Hâfî pun menimpali,
بئس القوم قوم لا يعرفون الله إلا في رمضان
“Mereka adalah seburuk-buruk kaum! Mereka tidak mengenal Allah melainkan hanya di bulan Ramadhan saja!”
(Miftâhul Afkâr lit Ta-ahhubi li Dâril Qorôr II/283)
7️⃣ Jangan pula terbersit dalam hati anda,akan kembali bermaksiyat setelah berlalunya Ramadhan, karena itu tanda buruknya Ramadhan anda.
Diriwayatkan dari Ka’ab bin Mâlik radhiyallâhu anhu, bahwa beliau berkata,
مَن صامَ رمضانَ وهو يُحدِّثُ نفسَهُ أنَّه إن أفطر رمضانَ أن لا يعصِي اللَّهَ، دخلَ الجنةَ بغيرِ مسألةٍ ولا حساب، ومَن صامَ رمضانَ وهو يحدِّثُ نفسَه أنَّه إذا أفطر عصَى ربَّه، فصيامُه عليه مردودٌ
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan, lalu terbetik di dalam hatinya apabila Ramadhan telah berlalu maka ia tidak akan memaksiati Allah, maka ia akan masuk surga tanpa perlu meminta dan hisab. Namun barangsiapa berpuasa Ramadhan, lalu ia berniat di dalam hatinya apabila Ramadhan berlalu, maka ia akan memaksiati Rabb-nya, maka puasanya tertolak.”
(Lathâ’if al-Ma’ârif hal. 136-137)
8️⃣ Berusahalah sebagaimana digambarkan tentang amalan para salaf antara Ramadhan dan diluar ramadhan, yang nampak tetap bergairah dalam amal mereka.
Ada sebagian salaf yang mengatakan,
أدركت أقواماً لا يزيد دخول رمضان من أعمالهم شيئاً، ولا ينقص خروجه من أعمالهم شيئاً
“Saya pernah menjumpai ada sebuah kaum yang saat masuk bulan Ramadhan, tidak bertambah amalan mereka sedikitpun. Di sisi lain ada pula kaum yang saat Ramadhan berlalu, tidak berkurang amalan mereka sedikitpun.”
(Muwâsholah al-‘Amal ash-Shôlih Ba’da Ramadhân karya Syaikh Shâlih al-Fauzân)
Sahabatku,..
Adapun jika anda termasuk yang telah gagal dengan datangnya Ramadhan tetaplah berharap ampunan Allah, selama anda masih punya umur adalah kesempatan yang masih terbuka untuk memperbaiki segalanya, jangan sampai nasib kita seperti dalam ungkapan salaf.
Qotâdah pernah berkata,
من لم يُغفر له في رمضان فلن يغفر له فيما سواه
“Barangsiapa yang tidak diampuni di bulan Ramadhan, maka (besar kemungkinan) ia takkan diampuni di selain bulan Ramadhan.”
(Lathâ’if al-Ma’ârif hal. 211)
Akhirnya,..
Semoga kita termasuk diantara yang tetap terus berlanjut beramal, sebagai tanda Ramadhan anda diterima, karena balasan kebaikan adalah kebaikan yang lainya pula.
Sebagian orang bijak mengatakan,
مِنْ ثَوَابِ الْحَسَنَةِ اَلْحَسَنَةُ بَعْدَهَا وَمِنْ عُقُوْبَةِ السَّيِّئَةِ اَلسَّيِّئَةُ بَعْدَهَا
“Diantara balasan bagi amalan kebaikan adalah amalan kebaikan yang ada sesudahnya. Sedangkan hukuman bagi amalan yang buruk adalah amalan buruk yang ada sesudahnya.”
(Al Fawaa-id hal. 35)
”Oleh karena itu barangsiapa mengerjakan kebaikan kemudian melanjutkannya dengan kebaikan lain, maka hal itu merupakan tanda atas terkabulnya amal pertama. Demikian pula sebaliknya, jika seorang melakukan suatu kebaikan lalu diikuti dengan amalan yang buruk maka hal itu merupakan tanda tertolaknya amal yang pertama.”
(Lathaaiful Ma’arif hal. 244)
—
✒️ Ustadz Afifi Abdul Wadud حفظه الله
Makkah, 27 Ramadhan 1443 H
COMMENTS