Musyrikin itu Bukan Atheis
Sebagian orang mungkin terbayang kalau orang seperti Abu Jahal dan kawan-kawannya yang keras menentang dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti orang atheis yang tidak percaya adanya Allah. Bahkan mereka sangat yakin dengan Allah, bahkan beribadah kepada Allah, tapi tidak bertauhid. Yang ditentang itu ajakan mentauhidkan Allah bukan ajakan mengakui Allah.
Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah ta’ala menjelaskan bahwa kaum musyrikin pada masa itu mengakui Allah subhanahu wa ta’ala adalah pencipta, pemberi rezeki serta pengatur urusan hamba-hambaNya. Mereka meyakini di tangan Allah lah terletak kekuasaan segala urusan dan tidak ada seorangpun diantara kaum musyrikin itu yang mengingkari hal ini. (lihat Syarh Kitab Kasyfu Syubuhaat)
Dan janganlah anda terkejut apabila ternyata mereka pun termasuk ahli ibadah yang mempersembahkan berbagai bentuk ibadah kepada Allah ta’ala.
Ini adalah pengakuan orang-orang musyrik di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka mengakui rububiyah Allah subhanahu wa ta’ala. Yaitu mengakui bahwa Allah subhanahu wa ta’ala adalah Dzat yang menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan, mematikan, dan mengatur seluruh alam. Inilah makna dari tauhid rububiyah.
Namun tauhid yang mereka yakini ini tidak kemudian menjadikan mereka seorang muslim, atau mengeluarkan mereka dari kekufuran. Karena tauhid rububiyah tidak menunjukkan penghambaan kepada Allah sebagaimana yang ditunjukkan oleh tauhid uluhiyah.
Tauhid rububiyah tidaklah cukup untuk memasukkan seorang yang musyrik ke dalam Islam sebagaimana yang ditunjukkan pada ayat yang kita sebutkan di atas.
Bahkan sekedar pengakuan tentang rububiyah Allah, maka Iblis, Fir’aun, dan komunis pun mengakuinya.
—
Faedah Kajian Kitab Al Qawaidul Arba karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullahu ta’ala.
Disampaikan oleh Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A hafizhahullah ta’ala
COMMENTS