Pemberat Timbangan Setelah Tauhid
Tauhid adalah amalan terberat dalam timbangan amal di hari akhir kelak secara mutlak, tanpa tauhid seluruh amalan menjadi tidak berbobot sehebat apapun. Bukankah Abu Tholib amalnya hebat dalam membela dakwah keponakannya yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ibnu Jud’an sang dermawan di masa jahiliyah hingga mangkoknya harus diraih dengan tangga karena tingginya tumpukan mangkok, tapi keduanya dalam neraka kekal di dalamnya karena tidak punya tauhid.
Setelah tauhid ada amalan yang sangat berat di timbangan amal nanti, yaitu akhlaqul karimah (akhlak mulia).
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskan betapa beratnya nilai timbangan akhlak mulia di akhirat kelak jika dibandingkan dengan seluruh amalan.
Beliau bersabda,
مَا مِنْ شَيْءٍ يُوضَعُ فِي الْمِيزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ وَإِنَّ صَاحِبَ حُسْنِ الْخُلُقِ لَيَبْلُغُ بِهِ دَرَجَةَ صَاحِبِ الصَّوْمِ وَالصَّلاَةِ
“Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat timbangannya dari akhlaq mulia ketika diletakkan di atas mizan (timbangan amal) dan sungguh pemilik akhlaq mulia akan mencapai derajat orang yang mengerjakan puasa dan shalat.”
(HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah No. 876)
—
Dikutip dari catatan Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A.
Berjudul “Kaum Muslimin Mengapa Kita Terhina”
COMMENTS