Sakti ‘Islami’ ?

Sakti ‘Islami’ ?

Sakti ‘Islami’ ?

 

Sakti seakan ciri seorang wali dalam gambaran santri atau yang berbau agama.

Mencari kesaktian lewat amalan, dzikir atau ritual tertentu, diyakini sebagai ritual cari kesaktian Islami.

Fenomena ritual seperti ini sudah berurat dan berakar, bahkan menjadi tren dalam masyarakat kita. Dan yang terbelit dan terperangkap dalam lingkaran syetan ini mulai dari orang awam sampai para pejabat, rakyat jelata sampai orang berpangkat.

Bahkan kalangan ‘terpelajar’ yang mengaku ‘intelektual’ pun menggandrungi klenik-klenik seperti ini. Mereka menyebutnya dengan “membekali diri dengan ngelmu (ilmu), kekebalan, kesaktian”.

Untuk mengelabui orang-orang awam, terkadang ‘orang pinter’ itu menyandangkan titel mentereng seperti: KH (Kyai Haji), Prof, DR. Padahal semua itu mereka lakukan untuk melanggengkan bisnis mereka sebagai agen-agen dan kaki tangan setan dan jin.

Untuk meraih kesaktian ini, ada yang dengan cara-cara klasik kebatinan dengan istilah black magic (ilmu hitam) maupun white magic (ilmu putih). Dan ada pula dengan cara-cara ritual ‘dzikir dan amalan-amalan wirid tertentu’. Dan cara yang terakhir ini lebih banyak mengelabui kaum muslimin, karena seakan-akan caranya Islami dan tidak mengandung kesyirikan.

Dan perlu diketahui bahwa ‘dzikir dan amalan-amalan wirid tertentu’ yang tidak ada syari’atnya dalam Islam merupakan rumus dan kode etik untuk berhubungnan dengan alam supranatural (alam jin). Hal seperti ini merupakan perangkap setan yang menjerumuskan orang pada perbuatan syirik.

Untuk mengetahui bahwa perbuatan itu termasuk perbuatan syirik adalah sebagai berikut:

Pertama, bahwa ‘dzikir dan amalan-amalan wirid tertentu’ bukanlah syari’at Islam, karena tidak memakai standar Al-Qur’an maupun Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan ini termasuk dalam kategori bid’ah, yang mana setan lebih menyukai bid’ah dari pada perbuatan maksiat sekalipun.

Kedua, apabila tujuan seseorang melakukan ‘dzikir dan amalan-amalan wirid tertentu’ untuk memperoleh kesaktian, kekebalan, dan hal-hal yang luar biasa, maka sudah pasti itu bukan karena Allah subhanahu wa ta’ala. Seperti membaca Al-fatihah 1000 kali, Al-ikhlas 1000 kali dan lain sebagainya dengan tujuan agar kebal terhadap senjata tajam, peluru dan tahan bacok.

Atau membaca salah satu shalawat bikinan (baca: bid’ah) dengan iming-iming kesaktian tertentu seperti bisa menghilang dari pandangan orang, bisa makan besi, kaca, beling dan lain sebagainya. Itu semua bukanlah karomah tetapi merupakan hakikat syirik itu sendiri, karena telah memalingkan tujuan suatu ibadah kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala.

 

Faedah Kajian Kitab Al-Ushul Ats-Tsalatsah.
Disampaikan oleh Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A hafizhahullah ta’ala

COMMENTS

WORDPRESS: 0