Selalu Husnudzan
Nikmat Allah itu secara umum ada dalam 2 hal, yakni nikmat yang sifatnya dunia dan nikmat yang sifatnya agama. Nikmat yang sifatnya dunia Allah berikan untuk semua hamba Allah, baik kafir, mukmin, orang ahli maksiat, maupun orang yang ahli taat, semuanya Allah berikan dunia. Sehingga dunia itu bukan tolak ukur standar seseorang itu dicintai atau dibenci oleh Allah.
Manusia pada umumnya salah berfikir. Jika dilimpahkan dunia kepadanya, dia sangka Allah cinta kepadanya. Jika disulitkan dunianya, dia sangka Allah benci kepadanya. Bukan!
Tapi dunia hakikatnya ujian, apakah kita akan menjadi hamba yang bersyukur dan bersabar atau malah kufur dan putus asa. Allah luruskan kesalahan berfikir kita.
فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ
“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku””
(QS. Al-Fajr: 15)
وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ
“Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku””
(QS. Al-Fajr: 16)
كَلَّا ۖ بَلْ لَا تُكْرِمُونَ الْيَتِيمَ
“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim,”
(QS. Al-Fajr: 17)
Maka tetaplah selalu husnudzan kepada Allah. Dalam kondisi apapun, yang penting agamanya tetap baikztulah tanda dicinta Allah.
—
Faedah Kitab “Mengapa Akidah Dulu”,
Disampaikan oleh Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A hafizhahullah ta’ala
COMMENTS