Semua Mengaku Adanya Tuhan
Walaupun komunis, itu hanya dzhohir sepintas karena keangkuhan dan kesombongan seakan tidak percaya adanya Tuhan. Tapi perhatikan saat digoncang masalah, pasti fitrahnya akan muncul pengakuan akan yang Maha Kuasa. Karena hal ini telah menjadi fitrah semua manusia walaupun Fir’aun sekalipun, dzhohirnya mengingkari tapi batinnya mengakui.
Maka seruan Islam dan para Nabi bukan supaya manusia mengakui adanya Allah tapi ajakan untuk hanya menyembah kepada Allah, karena pengakuan tentang Allah telah menjadi fitrah manusia.
Sebagaimana perkataan para Rasul yang difirmankan Allah,
قَالَتْ رُسُلُهُمْ أَفِي اللَّهِ شَكٌّ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
“Berkata rasul-rasul mereka: “Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi?” (QS. Ibrahim: 10)
Kaidah ini menunjukan bahwa sekedar menetapkan tauhid rububiyyah, yaitu menetapkan bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta, pemberi rizki, yang menghidupkan dan mematikan, yang mengatur segala urusan, tidaklah cukup untuk mendapatkan gelar muslim yang bertauhid.
Karena tidak ada seorang pun yang mengingkari rububiyyah Allah kecuali orang aneh, bahkan umat-umat terdahulu semuanya mengakui ke-Maha Esa-an Allah di dalam kekuasaan-Nya (rububiyyah-Nya).
Orang-orang musyrik dahulu menyatakan bahwa Allah adalah pencipta, pemberi rizki, menghidupkan, mematikan dan mengatur segala urusan, karena memang tidak ada seorang pun yang mengeklaim bahwa ada makhluk yang berserikat dengan Allah dalam menciptakan maupun memberi rizki.
Dengan demikian, maka tauhid yang menjadi inti dakwah Rasulullah bukanlah tauhid rububiyyah melainkan tauhid uluhiyah, yaitu mengesakan Allah di dalam ibadah.
—
Faedah Kajian Kitab Al Qawaidul Arba karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullahu ta’ala.
Disampaikan oleh Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A hafizhahullahu ta’ala
COMMENTS