بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله و الصلاة و السلم على رسول الله
Resume Kajian Mulazamah #24
“Sesembahan Batil”
Mulakkhosh fii Syarhi Kitab Tauhid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullahu ta’ala
karya Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan Hafidzahullahu Ta’ala
Dalam bab ini Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab membawakan dalil-dalil tauhid, yang menunjukkan akan jelas dan gamblangnya hal tersebut, sampai-sampai orang biasa pun akan bisa memahaminya. Tidak diragukan lagi bahwa ada diantara manusia yang menyembah kepada selain Allah. Ada yang menyembah Nabi, ada yang menyembah Malaikat ada yang menyembah hewan, patung, pohon, batu, kuburan, bahkan ada juga yang menyembah kloset jongkok dan lain sebagainya.
Beliau رحمه الله membawakan firman Allah Ta’ala dalam QS. Al-A’raf: 191-192,
أَيُشْرِكُونَ مَا لَا يَخْلُقُ شَيْـًٔا وَهُمْ يُخْلَقُونَ
وَلَا يَسْتَطِيعُونَ لَهُمْ نَصْرًا وَلَآ أَنفُسَهُمْ يَنصُرُونَ
“Apakah pantas kaum musyrikin menyekutukan dalam peribadahan kepada Allah bersama makhluk- makhlukNya, padahal mereka tidak berkuasa untuk menciptakan sesuatupun, bahkan sebaliknya mereka adalah makhluk-makhluk yang diciptakan?” [191]. Dan berhala-berhala itu tidak mampu memberi pertolongan kepada penyembah-penyembahnya dan kepada dirinya sendiri pun berhala-berhala itu tidak dapat memberi pertolongan. [192]
Di dalam ayat yang mulia ini ada penjelasan tentang lemahnya berhala-berhala yang disembah oleh orang musyrik. Kelemahan tersebut adalah:
Berhala-berhala tersebut tidak bisa menciptakan.
Justru berhala-berhala itulah yang dibuat oleh para penyembahnya.
Berhala-berhala itu tidak mampu menolong para penyembahnya.
Dan berhala-berhala tersebut tidak bisa menolong dirinya sendiri.
Juga firman Allah dalam QS. Fathir: 13-14,
يُولِجُ ٱلَّيْلَ فِى ٱلنَّهَارِ وَيُولِجُ ٱلنَّهَارَ فِى ٱلَّيْلِ وَسَخَّرَ ٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِى لِأَجَلٍ مُّسَمًّى ۚ ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ ٱلْمُلْكُ ۚ وَٱلَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِهِۦ مَا يَمْلِكُونَ مِن قِطْمِيرٍ
إِن تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا۟ دُعَآءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا۟ مَا ٱسْتَجَابُوا۟ لَكُمْ ۖ وَيَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ ۚ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ
“Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nya-lah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari” [13]. “Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan dihari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui” [14].
Pada ayat yang mulia ini Allah Ta’ala kembali menyebutkan kelemahan-kelemahan sesembahan yang batil tersebut, yaitu:
Mereka tidak memiliki apapun, meski hanya qithmir (kulit yang tipis yang ada pada biji kurma).
Mereka tidak akan bisa mendengar doa para penyembahnya.
Andaikata mereka bisa mendengar, mereka tidak akan bisa mengabulkan permintaan para penyembahnya.
Dan pada hari kiamat nanti mereka pasti mengingkari kesyirikan yang telah dilakukan oleh para penyembahnya.
Ada firman Allah yang senada pada QS. Saba’: 40-41,
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا ثُمَّ يَقُولُ لِلْمَلَٰٓئِكَةِ أَهَٰٓؤُلَآءِ إِيَّاكُمْ كَانُوا۟ يَعْبُدُونَ
قَالُوا۟ سُبْحَٰنَكَ أَنتَ وَلِيُّنَا مِن دُونِهِم ۖ بَلْ كَانُوا۟ يَعْبُدُونَ ٱلْجِنَّ ۖ أَكْثَرُهُم بِهِم مُّؤْمِنُونَ
“Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian Allah berfirman kepada malaikat: “Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu?”” [40]. “Malaikat-malaikat itu menjawab: “Maha Suci Engkau. Engkaulah pelindung kami, bukan mereka; bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu”” [41].
Dan masih banyak firman Allah yang senada dengan ini.
Kemudian Beliau رحمه الله membawakan hadits dalam riwayat Bukhari-Muslim dari sahabat Anas bin Malik,
شُجَّ النبي يوم أُحد, وكُسِرت رباعيّتُه, فقال: ((كيف يفلح قوم شجُّوا نبيهم)) فنزلت { ليس لك من الأمر شىء…¤}
“Ketika perang uhud Rasulullah terluka di bagian kepala dan pecah gigi serinya, maka Beliau bersabda: “Bagaimana mungkin suatu kaum akan beruntung (yang berani) melukai Nabinya?.” Lalu turunlah ayat yang artinya :”Tidak ada hak apapun bagimu dalam urusan mereka itu” (QS. Ali Imron: 128).”
Dalam riwayat lain dari Ibnu umar bahwa Nabi saat i’tidal dalam suatu sholat subuh, Beliau membaca doa qunut yang isinya melaknat orang-orang kafir lalu turunlah ayat di atas.
Dalam hadits di atas Nabi shallallahu alaihi wasallam mendoakan keburukan bagi orang kafir karena mereka telah melakukan kebiadaban yang luar biasa kepada Nabi dan para Sahabatnya. Meski demikian Allah tetap saja menegur Nabi atas doanya itu. Nabi mendoakan keburukan bagi Shafwan bin Umayyah, Suhail bin Amr dan Al-Harits bin Hisyam. Yang pada akhirnya ternyata orang-orang tersebut masuk islam. Dan ini menunjukkan bahwa Hidayah ataupun Kesesatan bukan menjadi hak Nabi.
Kemudian Beliau رحمه الله juga membawakan hadits dari Abu Hurairah (yang artinya) Beliau berkata: “saat turun firman Allah”.
وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ ٱلْأَقْرَبِينَ
“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,” (QS. Asy-Syu’ara: 214). Lalu beliau pun berdiri dan bersabda: “Wahai orang-orang Quraisy, tebuslah diri kalian sendiri dari siksa Allah (dengan bertauhid kepadaNya). Sedikitpun aku tidak bisa berbuat apa-apa di hadapan Allah untuk kalian. Wahai ‘Abbas bin Abdul Muth-thalib, sedikitpun aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu di hadapan Allah, wahai Shofiyah bibi Rasulullah, sedikitpun aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu di hadapan Allah, wahai Fatimah binti Muhammad, mintalah kepadaku dari hartaku apa saja yang kau mau, tapi sedikit pun aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu di hadapan Allah.” (HR. AL-Bukhari)
Hadits di atas menyatakan bahwa Nabi saja tidak bisa menyelamatkan orang-orang terdekatnya dari siksa neraka. Bahkan putri beliau sendiri yang sangat beliau cintai. Jika Nabi saja tidak bisa menyelamatkan orang terdekatnya maka lebih tidak bisa lagi kepada orang yang lebih jauh nasabnya dari Beliau, lebih tidak layak untuk berdoa dan beribadah kepada Beliau.
Perlu diketahui bahwa Ahlul Bait, jika dia beriman dan beramal shalih maka dia memiliki keutamaan di atas orang beriman yang bukan dari kalangan ahlul bait. Namun seandainya mereka tidak beriman maka tidak ada manfaatnya meskipun dia dari kalangan Ahlul Bait. Janganlah seseorang menyangka kalau dia Ahlul Bait maka dia pasti selamat, sedangkan Al-‘Abbas dan Fathimah saja yang jelas-jelas merupakan Ahlul Bait sekaligus Shahabat Nabi, ternyata Nabi sendiripun tidak bisa menjamin keselamatannya.
ومن بطأ به عمله لم يُسرع به نَسبه
“Siapa yang amalnya lambat, maka nasab (mulianya) tidak akan menambah amalnya” (HR. Bukhari no. 2699). Wallahu Ta’ala a’lam.
أرجو من الله العلي غفران كل الزلل
ورؤية الرحيم ووجهه العظيم
وصحبة النبي الطاهر الزكي
يا رب صل أبدا على النبي أحمدا
وآله وصحبه وتابعين لهديه
***
Disusun oleh:
Akh Taufiq Hidayat hafizhahullah
Diedit oleh:
Akh Wahyu Trihadi Saputra hafizhahullah
Telah dikoreksi oleh:
Ustadz Ari Wahyudi hafizhahullah
Penutup
Semoga Allah mengampuni kesalahan penulis,
Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat,
Semoga amal ibadah kita diterima,
Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, beserta keluarga, para sahabat, dan pengikutnya hingga hari kiamat.
Referensi
https://tafsirweb.com/2646-quran-surat-al-araf-ayat-191.html
https://tafsirweb.com/2646-quran-surat-al-araf-ayat-192.html
https://tafsirweb.com/7879-quran-surat-fatir-ayat-13.html
https://tafsirweb.com/7880-quran-surat-fatir-ayat-14.html
https://tafsirweb.com/7798-quran-surat-saba-ayat-40.html
https://tafsirweb.com/7798-quran-surat-saba-ayat-41.html
https://tafsirweb.com/6624-quran-surat-asy-syuara-ayat-214.html
COMMENTS