Tauhid, Bukan Sekedar Pengakuan Tentang Allah

Tauhid, Bukan Sekedar Pengakuan Tentang Allah

Tauhid, Bukan Sekedar Pengakuan Tentang Allah

 

Makna tauhid secara bahasa: menjadikan sesuatu itu tunggal.

Untuk mendapatkan makna ini, harus terkumpul dua rukun yaitu penolakan dan penetapan.

Kalimat Laa Ilaha Illallah disebut kalimat tauhid karena memenuhi 2 rukun tadi sehingga memberikan makna penunggalan Allah dalam perkara ibadah.

Dalam kalimat tauhid Laa Ilaha Illallah, terdapat dua rukun:

  1. Rukun penafi’an (pengingkaran/penolakan), terdapat pada kata Laa Ilaha.
  2. Rukun itsbat (penetapan), terdapat pada kata Illallah.

Sehingga makna dari kalimat tauhid adalah tidak ada seseorang pun yang layak disembah dengan sebenarnya kecuali hanya Allah semata.

Makna ini memberikan penegasan bahwa hanya Allah sesembahan yang sebenarnya dan selain Allah jika ada yang disembah semuanya sesembahan yang palsu atau batil.

Adapun makna Laa Ilaha Illallah secara istilah: mengesakan Allah dalam beribadah.

Definisi tersebut sudah cukup karena telah mencakup mengesakan Allah dalam rububiyah dan asma wa sifat.

Karena tidaklah berhak untuk disembah kecuali pemilik rububiyah dan pemilik kesempurnaan asma wa sifat.

Para ulama sering dalam rangka menjelaskan makna tauhid yang benar, dengan mengadakan pembagian tauhid menjadi 3:

  • Tauhid uluhiyah
  • Tauhid rububiyah
  • Tauhid asma wa sifat

Perlu diketahui pembagian tauhid ini adalah hasil penelitian Al-Qur’an dan As-Sunnah dan hanya bertujuan untuk memudahkan manusia untuk memahami hakikat tauhid, karena ternyata dalam kenyataannya banyak yang salah dalam memahami hakikat tauhid.

Seperti baru meyakini tauhid rububiyah, mengakui Allah sang pencipta saja sudah merasa bertauhid walaupun dia minta-minta ke kuburan, pergi ke dukun, dan lain-lain, yang penting sudah meyakini Allah satu-satunya sang pencipta.

Sehingga pembagian ini bukan dalam rangka membagi-bagi Allah menjadi 3 sehingga beraqidah trinitas seperti nasrani, seperti yang di tuduhkan ahlul bidah.

Hal ini serupa dengan pembagian cabang ilmu bahasa arab yaitu nahwu dan shorof yang bertujuan untuk memudahkan orang-orang dalam mempelajari bahasa arab.

Secara ringkas, tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dalam hal ibadah, menjadikkan totalitas ibadah hanya untuk Allah.

Tauhid rububiyah adalah mengesakan Allah dalam hal perbuatan Allah seperti mencipta, mengatur alam semesta, dan lain-lain.

Tauhid asma wa sifat adalah mengesakan Allah dalam hal kesempurnaan nama dan sifat-Nya.

Kesimpulanya, bukanlah tauhid itu sekedar meyakini Allah sang pencipta, akan tetapi tauhid itu totalitas menjadikan semua ibadahnya hanya untuk Allah semata setelah dia berkeyakinan bahwa Allah sang pemilik rububiyah dan kesempurnaan nama dan sifat-Nya.

 

Faedah kajian Mulakkhosh fii Syarhi Kitab Tauhid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullahu ta’ala
karya Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan hafidzahullahu ta’ala.
Disampaikan oleh Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A hafidzahullahu ta’ala

COMMENTS

WORDPRESS: 0