Tauhid, Pokok Keimanan
Tauhid adalah tingkat keimanan yang tertinggi. Rasulullah shallallahu ‘aliahi wa sallam bersabda,
الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ (صحيح مسلم : 1 / 46)
“Iman itu memiliki tujuh puluh sekian atau enam puluh sekian cabang, paling utamanya adalah ucapan, laa Ilaaha Illallah, dan paling rendahnya adalah menyingkirkan gangguan dari jalan.” Dan, rasa malu adalah bagian dari iman.”
(HR. Muslim).
Perlu diketahui bahwa laa Ilaaha Illallah tidak cukup hanya diucapkan di lisan saja, akan tetapi harus bersumber dari hati yang ikhlas dan kemudian dibuktikan dengan pengamalan dari apa yang dikandung oleh laa Ilaaha Illallah yaitu memurnikan ibadah hanya untuk Allah semata dan menjauhi segala bentuk kesyirikan.
Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
فَإِنَّ اللهَ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لاَإِلهَ إِلاّ الله يَبْتَغِي بِذَ لِكَ وَجْهَ اللهِ (متفق عليه)
“Sesungguhnya Allah mengharamkan bagi neraka orang yang mengucapkan laa Ilaaha Illallah dengan mengharap wajah Allah.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
—
Faedah Kajian Kitab Al-Ushul Ats-Tsalatsah.
Disampaikan oleh Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A hafizhahullah ta’ala
COMMENTS