Wasiat Bagi Setiap Juru Dakwah

Wasiat Bagi Setiap Juru Dakwah

Wasiat Bagi Setiap Juru Dakwah

 

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam QS. Yusuf ayat 108,

‌‎قُلْ هٰذِهٖ سَبِيْلِيْۤ اَدْعُوْۤا اِلَى اللّٰهِ ۗ عَلٰى بَصِيْرَةٍ اَنَاۡ وَمَنِ اتَّبَعَنِيْ ۗ وَسُبْحٰنَ اللّٰهِ وَمَاۤ اَنَاۡ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
 “Katakanlah (Muhammad), Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan yakin, Maha Suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik.”

Ayat ini, Allah mengawali dengan kalimat قُلْ artinya katakanlah ya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Hal ini menunjukan bahwa Nabi pun adalah seorang hamba yang diperintah, diantaranya perintah menyampaikan risalah.

Maka status seluruh manusia adalah hamba yang diperintah, hanya Nabi Allah istimewakan dengan wahyu risalah. Yang kita punya kewajiban membenarkan semua berita yang disampaikan, wajibnya mentaati semua perintah dan laranganya dan tidak boleh kita beribadah kepada Allah kecuali dengan syariat yang beliau ajarkan.

 

Makna ‎هٰذِهٖ سَبِيْلِيْۤ, “inilah jalanku”

Nabi, Allah perintahkan menegaskan jalan hidup yang dilalui. Dan Islam jalan yang terang benderang yang telah Nabi sampaikan kepada umatnya. Dan dalam kehidupan ini hanya ada 2 jalan yaitu:

  1. Jalan Allah, itulah jalan yang lurus penuh ilmu.
  2. Jalan syaiton dan hawa nafsu, itulah jalan kegelapan yang diliputi dengan kebodohan dan syahwat.

Kalau di zaman Nabi hanya kenal dua jalan, yaitu Islam dan kafir. Yang beriman dan mengikuti Nabi, dia muslim. Dan yang mengingkari, dia kafir. Akan tetapi di zaman kita, atas nama Islam banyak aliran dan pemikiran yang membuat manusia bingung Islam yang mana yang harus aku ikuti. Maka faedahnya di sini seorang Da’i hendaknya menegaskan jalan dakwah dia seru manusia kepada-Nya. Bahwa Islam yang didakwahkan adalah Islam yang disampaikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana yang dipahami dan diamalkan oleh para Sahabat Nabi, itulah jalan yang terang.

 

‎Makna اَدْعُوْۤا اِلَى اللّٰهِ, “Aku menyeru ke jalan Allah”

Terkandung pesan di dalamnya,

  1. Seorang Da’i hendaklah hanya mengajak manusia ke jalan Allah, yaitu agama Allah yang real-nya adalah Al-Quran dan As-Sunnah sebagaimana yang dipahami dan diamalkan para Sahabat. Bukan ke jalan selainnya, bukan mengajak ke pemikiran pribadi, ormas, partai, golongan yang semua itu bukan jalan Allah. Dengan kata lain dakwahnya jelas dengan dalil-dalil Al-Quran dan As-Sunnah sebagaimana yang dipahami para Sahabat Nabi, itulah Islam jalan Nabi.
  2. Seorang Da’i hendaknya mengikhlaskan dakwahnya hanya semata-mata mencari ridha Allah, membersihkan niatnya dari segala kepentingan dunia, ambisi pribadi, ingin terkenal dalam rangka meraup harta, dsb.

 

Makna‎ عَلٰى بَصِيْرَةٍ, “Diatas ilmu dan keyakinan”

Dakwahnya dibangun di atas ilmu yang betul-betul meyakinkan, mendalam dan tajam. Yang dimaksudkan ilmu adalah Al-Quran dan As-Sunnah sebagaimana yang dipahami para Sahabat Nabi. Bukan dakwah Islam yang dilajukan tanpa ilmu, hanya bermodal semangat, karena dakwah tanpa ilmu bahkan akan menyesatkan

 

M‌akna ‎اَنَاۡ وَمَنِ اتَّبَعَنِيْ, “Aku dan para pengikutku”

Bahwa mengajak manusia ke jalan Allah di atas bashiroh itu adalah pekerjaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan pengikutnya. Sehingga setiap pengikut Nabi adalah hendaklah menjadi Da’i. Bukan pengikut Nabi yang hakiki jika tidak mau berdakwah tentu sesuai dengan kemampuanya, dan juga bukan pengikut Nabi yang hakiki jika dakwahnya tanpa ilmu.

 

Makna ‎وَسُبْحٰنَ اللّٰهِ وَمَاۤ اَنَاۡ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ, “Maha Suci Allah dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik.”

Seorang Da’i wajib mengajak untuk mensucikan Allah dari segala aib dan kekurangan. Dakwahnya menghasilkan pengagungan kepada Allah, karena pengagungan hati kepada Allah adalah pokok ketaqwaan. Dan seorang Da’i hendaknya berusaha keras untuk membersihkan diri dan kaumnya dari syirik dalam bentuk apapun, karena inilah hakekat dakwah semua Nabi tanpa kecuali.

 

Faedah Kajian Kitab Al-Ushul Ats-Tsalatsah.
Disampaikan oleh Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A hafizahullahu ta’ala

COMMENTS

WORDPRESS: 0